Translate

Selasa, 20 Oktober 2015

Management Stok Obat Rumah Tangga (unt awam)

Berawal dari melihat bagian atas lemari di ruang makan yang berantakan dengan kosmetik dan obat-obatan yang bercampur menjadi satu dan semangat menggebu-gebu beresin rumah karena kakak ipar mau berkunjung akhir minggu ini *Yeay! kedatengan tamu*, akhirnya memutuskan untuk memisahkan kosmetik dengan obat-obatan yang berantakan itu dan membuang beberapa kosmetik yang sudah kelamaan disimpan biar bisa beli kosmetik baru tanpa merasa bersalah rapi.

Tadinya si obat-obatan itu mau dirapiin aja masuk ke toples, lalu teringat si mas suam yang buta tentang obat-obatan dan hobi suka ga sengaja mengkonsumsi segala sesuatu yang sudah lewat expired date ditambah lagi saya yang hobinya swamedikasi dengan bekal sok tau sehingga punya stok obat-obatan yang beragam *namanya juga coba-coba*, saya pun memutuskan untuk sedikit membuat pengaturan sederhana untuk stok obat di rumah berdasarkan ilmu dasar apoteker yang pernah saya dapat sewaktu kuliah dulu sambil berdoa semoga ga ada yang salah karena udah lama ga dipraktekin.

Berbekal beberapa alat sederhana dan sebuah aplikasi di hape untuk memverifikasi ingatan dan pengalaman saya tentang kegunaan obat, jadilah beberapa pengelompokan sederhana untuk stok obat-obatan di rumah.



Alat-alat yang dibutuhkan ga banyak :

  1. Kertas label, untuk menulis keterangan obat di plastik obat.
  2. Selotip kertas (kalo ga punya pake kertas label juga bisa), untuk menulis kegunaan obat di strip masing-masing obat.
  3. Pulpen, untuk nyolok mata menulis.
  4. Gunting.
  5. Plastik (plastik klip lebih baik, kalo ga punya bisa pake bekas obat resep yang kita dapat dari rumah sakit).
  6. Terakhir yang tidak kalah penting adalah kantong sampah, untuk membuang obat-obatan yang ternyata baru kita sadari sudah kelewat expired date. Sebenernya ada prosedur khusus untuk membuang sampah obat ini, berhubung obat-obatan rumah ga keras-keras amat dan jumlahnya ga banyak jadilah cukup masuk plastik sampah terpisah. 


Untuk membuat pengelompokan obat di rumah sebenernya tidak perlu dengan istilah yang terlalu rumit atau keinggris-inggrisan bahkan kelatin-latinan. Cukup gunakan istilah sehari-hari yang familiar. Kalau dalam kasus saya, tujuan pengelompokan ini mempermudah saya untuk memberi instruksi pada mas suam kalau *amit-amit* tiba-tiba sakit pas saya lagi di luar kota atau saya lagi ga bisa dihubungi. Sehingga, sebisa mungkin saya gunakan istilah yang sangat sederhana, mudah dimengerti dan tidak menimbulkan interpretasi yang salah.  Beberapa contoh pengelompokan obat yang saya buat :
  1. Obat-obatan sakit perut : di dalamnya ada obat sakit maag, kembung, dan diare (rasa sakitnya kan di sekitar perut)
  2. Obat-obatan alergi, karena mas suam punya alergi yang kalau ga segera diatasi bisa berakibat si asma datang berkunjung.
  3. Obat-obatan untuk demam, sementara cuma ada parasetamol aja sih, contoh lainnya : ibuprofen.
  4. Obat-obatan mulut dan tenggorokan, di dalamnya termasuk obat sakit gigi, gusi bengkak, dan antiseptik mulut.
  5. Vitamin dan obat untuk pegal-pegal, sebenernya sih isinya vitamin neurotropik tetapi kalau saya tulis vitamin neurotropik, mas suam hanya akan gagal paham.
  6. Vitamin tambah darah.
  7. Vitamin ibu hamil (emak-emak bunting), harus dipisahkan dengan vitamin lain supaya ga diminum sama mas suam.
  8. Antibiotik, untuk obat satu ini sebaiknya/seharusnya/dianjurkan untuk dihabiskan sesuai anjuran Bapak/Ibu dokter. Jadi, apabila punya antibiotik sebaiknya diberikan plastik terpisah kalau perlu diberi label nama supaya tidak tertukar/dikonsumsi oleh anggota keluarga lain.
  9. Dan sebagainya.... Tidak menutup kemungkinan ada pengelompokan obat lain, terutama bagi yang punya anak kecil dan mamaknya sering pergi ke luar kota, supaya Papa/Bapak/Ayah/Papi atau mbak/suster/nenek/kakek yang menunggui anak tidak bingung atau bahkan salah ketika mendadak *amit-amit* si anak sakit. Khusus obat-obatan untuk penyakit kambuhan anak (misal : asma, alergi, demam) sebaiknya pada keterangannya ditambahkan lagi dosis, maksimal dosis dan cara penggunaan atau data penting lainnya.


Setelah dikelompokkan ke dalam kelompok besar, masing-masing obat perlu diberikan keterangan kegunaan dan penggunaannya. Seperti contohnya di dalam kelompok obat sakit perut ini, pada masing-masing strip ditempeli keterangan tentang kegunaan obat dan tanggal ED (Expired Date). Walaupun tanggal ED sudah tercantum pada stripnya, akan lebih baik dituliskan lagi untuk menghindari beberapa kebiasaan *seperti mas suam* menyobek satu bagian strip sampai lepas sebelum membuka kemasan strip, sehingga membuat kita tidak bisa melacak tanggal ED karena bagian yang ada tulisan tanggal ED sudah ikut terbuang entah kemana dan entah kapan --;



Pada umumnya, obat-obat resep maupun obat yang dibeli di apotek/toko obat sebelum diserahkan ke pasien, Bapak/Ibu Apoteker akan memberikan informasi mengenai kegunaan masing-masing obat dan cara penggunaan obat *kalau ga jelas tanya aja terus sampe paham betul*. Informasi inilah yang sebaiknya diingat/dicatat, untuk selanjutnya sebagai panduan membuat label kegunaan obat di rumah.

Apabila ada obat dengan cara penggunaan yang tidak biasa (misal : dihisap/dikunyah/diletakkan di bawah lidah) lebih baik ditambahkan catatan pada label.

Untuk obat-obat emergency seperti obat jantung atau obat demam, sebaiknya selalu dicek stoknya dan dilakukan pengecekan tanggal ED minimal satu tahun sekali untuk memisahkan obat yang sudah tidak layak pakai.

Sekian tips-tips untuk management sederhana stok obat-obatan di rumah dengan sederhana. Tips-tips ini dibuat oleh mantan mahasiswa farmasi yang semenjak lulus cuma tau caranya jualan obat dan jarang mengasah kemampuan klinisnya untuk penggunaan obat-obatan selain barang dagangannya sendiri. Semoga tips-tips ini berguna. Apabila ada saran dan masukkan silahkan saja, untuk kritik yang tidak membangun dan komentar nyinyir akan langsung dihapus karena tidak berguna bagi kemajuan bangsa Indonesia *tsaaah*


"More Appreciation, Less Judgement, for Better Indonesia"
Salam Ingkungers.

Senin, 20 April 2015

Blog yang Mulai Berdebu dan Bersarang Laba-Laba

Oke Ingkungers...

I.am.back! Hahaha... *ketawa ala setan*

Setelah gagal memperbaiki beberapa postingan sebelumnya yang jadi kacau gegara kerajinan ngehapusin foto-foto di google photo. Walhasil daripada gemes liat postingan yang amburadul, jadilah postingan-postingan itu di hapus sajalah *piewh.

ketika sabak ciptaan Pak Steve Job itu diakuisisi suami, makin jadilah blog ini berdebu dan diserang laba-laba. *mari menyalahkan suami*

Di postingan kali ini saya ingin menulis tetang pengalaman meeting di Pekanbaru bersama anak-anak Medan dan all Sumatera. Sebenernya ini pengalaman pertama menginjakkan kaki di Pekanbaru sih, dan sepanjang meeting saya hanya di hotel. Jadi, ga ada yang menarik juga sih.

Mencari-mencari hal-hal menarik di sela-sela meeting menjadi satu-satunya hal yang bisa dilakukan untuk menghalau galau bosan.

Tersebutlah dua manusia, satu manusia wanita bernama Baby dan satu manusia setengah pria bernama Lala *bukan nama sesungguhnya*. Dua manusia inilah yang sedikit menghibur selama meeting ini berlangsung karena tingkahnya yang ajaib dan cenderung ga tau malu.

Dan mereka pun punya beberapa kata-kata yang ga kalah ajaib :

1. Koro-koro : Karaoke (ternyata ini mengacu ke nama tempat karaoke di PKB)
2. Bala-bala : Bagi-bagi duit
3. Oce-Oce : Waria

udah.mau.posting.itu.aja.




 Pekanbaru, diiringi lagu Kisah Kasih di Sekolah versi 80an
21.04.15

Sabtu, 21 September 2013

Mencoba menulis

Horeee....
Akhirnya punya blog...
Setelah berkali-kali mikir akhirnya bikin blog juga.
Berbekal sabak jaman modern yg diciptakan Pak Steve Jobs yang kondang itu, Ingkung nekat masuk ke dunia per-blogger-an.
Blog ini mungkin cuma akan jadi tempat sampah dari lika-liku perjalanan seorang Ingkung yang penuh pergolakan #aaak
Semoga bisa sedikit berguna bagi Nusa dan Bangsa suatu saat nanti #daydream

*tokoh dalam blog ini hanya rekayasa. bila ada kesamaan nama tokoh itu bukan hal yang tidak disengaja*